HUT 61 dan Hari Pahlawan, WKI Sumut Berbagi Beras dan Bentuk Komunitas Anak Muda Peduli Sampah



Deliserdang- Dewan Pimpinan Daerah Wira Karya Indonesia (WKI) Sumut menggelar sejumlah kegiatan bersama warga di Deli Serdang, Minggu (10/10)


Kegiatan tersebut untuk memperingati Hari Ulang Tahun WKI ke 61, sekaligus peringatan Hari Pahlawan 10 November.


Rangkaian acara itu, tepatnya berlangsung di Gang Keluarga, Desa Bandar Khalifah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang 


Ketua Depidar II WKI Sumut, Edison Tamba menyebutkan, rangkaian acara di antaranya berbagi Beras kepada 61 janda dan warga sekitar, dialog bertema kepemudaan dan pelatihan daur naik sampah sachet.


Kesempatan yang sama, kata tokoh muda Sumut yang akrab disapa Edoy ini, ia mendorong berdirinya organisasi anak anak muda yang mau fokus dalam mengurus pengelolaan sampah.


"Untuk nara sumber kita hadirkan pengamat Komunikasi UINSU Dr Fakhrur Rozi dan pelatih kerajinan sampah, teman kita Damai Mendrofa dari Bank Sampah Yamantab," kata Edoy 


Dia mengatakan, ia dan WKI secara kelembagaan merasa bertanggungjawab moral untuk ikut dalam membangun bangsa. Terutama, kepada anak-anak muda yang saat ini sangat rentan terlibat dalam aktifitas yang negatif.


"Misalnya narkoba, begal, geng motor. Saya berharap apa yang dilakukan WKI, contohnya di Gang Keluarga ini bisa menular ke banyak anak muda lainnya," imbuh Edoy.


Orangtua Berperan Penting Dalam Pertumbuhan Anak


Pengamat Komunikasi Universitas Islam Sumatera Utara (UINSU), Fakhrur Rozi dalam paparannya menyebut pentingnya peran orangtua dalam proses pertumbuhan anak.


Menurut Rozi, dewasa ini anak-anak kerap ibarat tumbuh sendiri dan tanpa sadar jauh dari dampingan orangtua.


"Misalnya, main hp (handphone), ya dibiarkan bermain sendiri, berteman dan bergaul, dibiarkan sendiri. Jadi anak-anak kita merasa bisa tumbuh sendiri, ya begitu saja, karenanya sangat rentan," tutur Rozi.


Dia mengatakan, jarak antara orangtua dan anak-anak ini harus dihilangkan. Orangtua harus menempatkan diri sebagai sosok yang mampu mengendalikan pertumbuhan anak-anak ke arah yang lebih positif.


"Misalnya program WKI dan Edison tambah yang mendorong anak-anak Gang Keluarga ini dalam aktifitas positif, bahkan mulia, yakni pengelolaan sampah. Ibu-ibu dan bapak-bapak punya peran untuk mendukung mereka. Ini akan menjauhkan mereka dari aktifitas negatif," pungkas Rozi.


Kerajinan Sachet Sebagai Stimulus Pengelolaan Sampah


Direktur Bank Sampah Yamantab (BSY), Damai Mendrofa mengapresiasi aktifitas pengelolaan sampah yang digawangi anak-anak muda Gak Keluarga.


Ia mengakui, keterlibatan anak-anak muda dalam dunia pengelolaan sampah memang menjadi harapan besar.


"Anak-anak muda akan mewarisi bumi ini di masa depan, kalau mereka mulai dari sekarang memahami bagaimana cara mengelola sampah yang baik dan benar, tentu dampaknya kan buat mereka di masa depan," ucap Damai.


Pengelolaan sampah sachet yakni dengan menyulapnya menjadi kerajinan bernilai guna, menurut Damai merupakan langkah awal yang baik.


Berbagai bentuk kerajinan tangan dari sachet, menurut pengalaman Damai, ternyata juga dapat menghasilkan uang. Produk dapat dijual, karena memang dapat dimanfaatkan dalam aktifitas sehari-hari.


"Misalnya keranjang, wadah tumbler, tikar dan banyak bentuk kreasi lainnya dari sampah sachet, dan kehadiran saya kemari memang ingin mengajarkan proses dasar pembuatannya," ujar Damai.


Anak Muda Gang Keluarga Siap Menjadi Agen Perubahan


Ketua Gang Keluarga Creatif (GKC), Akbar Ramadhan Ginting mengaku sangat termotivasi dengan lahirnya komunitas yang ia pimpin. Apalagi, soal ide mendirikan Bank Sampah.


Ia menyebut, aktifitas anak-anak muda dan remaja di gang tersebut akan lebih bermanfaat bahkan bisa mengangkat nama baik gang tersebut di mata masyarakat.


"Kami siap berkomitmen untuk belajar lebih banyak lagi soal pengelolaan sampah. Kami siap menjadi agen perubahan di kalangan remaja dan anak muda untuk mengelola sampah, secara baik dan bertanggungjawab," tukas Akbar.


Amatan, anak-anak muda Gang Keluarga antusias mengikuti proses pelatihan pembuatan kerajinan. Tidak saja anak-anak muda, sejumlah orangtua pun ikut berlatih. 


Sejumlah peserta berhasil mengikuti pelatihan dasar tersebut. Bahkan,  berhasil menyelesaikan sedikitnya 3 produk wadah mini dari sampah sachet.rel


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama