Oleh : Khalifah Hasbullah/Ali Sati Nasution S.Sos.
SETIAP manusia memiliki hati sanubari yang secara hakikat dalam ajaran Islam disebut Qolby. Pangli-ma tertinggi di dalam jazad umat adalah hati. Kemudian yang dapat berhubungan langsung dengan Zat-Nya Allah SWT, dari sekian banyak anggota tubuh hanyalah hati.
Dalam ajaran ilmu tarekat hati itu disebut Latifatul Qolby. Dari itu Qolby atau relung-relung hati senan-tiasa harus disucikan. Tanpa kejernihan hati, mus-tahil do'a sorang hamba diijabah Sang Khaliq.
Para ulama ahli tafsir maupun hadits mengungkap-kan bahwa qolby bukanlah berarti jantung yang berdenyut di dalam dada. Kata qolby disebutkan dengan makna kesadaran akal, sebagaimana yang disebutkan Imam Al-Ghazali yang mengartikan qolby memiliki dua pengertian.
Pertama, adalah organ tubuh yang memompa darah berada di tengah dan memanjang ke sisi kiri dada. Ini berhubungan dengan dunia kedokteran dan tidak berhubungan dengan tujuan-tujuan agama.
Qolby pada pengertian ini adalah yang juga terda-pat pada binatang dan mayat. Jantung adalah sepotong daging yang tidak memiliki kemampuan spiritual maupun psikologis.
Kedua, makna yang sifatnya substansial bersifat lembut, nurani, ruhani, sesuatu yang halus dengan-nya menjadi satu kesatuan dalam diri manusia hidup. Sesuatu yang dapat bergetar dan haru menghunjam dada, itulah hakikat manusia.
Qolby dalam makna ini, lebih dekat disebut hati, karena batiniah hati yang memahami, mengetahui, dapat memberi perintah. Hati menurut Habib Lufti bin Yahya terletak pada rongga jantung paling dalam.
Maka yang dimaksud qolby/hati adalah jasad halus Rabbani, serta dimungkinkan untuk menyebutkan sifat-sifat dan keadaannya. Namun kita tidak mam-pu menyebutkan hakikat zatnya. Mungkin juga bah-wa hati itu adalah akal manusia dan pikirannya. Getaran bathiniah itu dapat dirasakan, tetapi sulit untuk diuraikan.
Contoh dalam keseharian, seorang hamba mere-nung ketika mengingat Allah lalu diperdengarkan kepadanya ayat-ayat Al-Quran atau dari sayup-sayup terdengar suara azan, hatinya bergetar.Ibarat senar tali kecapi yang menimbulkan suara, terjadi koneksitas Hati Rabbani dengan Khaliq Pencipta. Timbul keharuan, bahkan tumpah air mata mengingat diri adalah sosok seorang hamba yang hina. Runtuhlah keangkuhan,egoisme, merasa paling pintar, paling bermartabat dan semacamnya.
Rupanya diri itu berasal dari sosok yang hina, secuil tanah gersang yang pasti akan kembali ke pelukan bumi, hari esokkah atau kapan saja, tidak bisa ditawar. Lalu timbul pertanyaan, sentuhan apakah itu..?
Dalam kamus As-Shihah disebutkan bahwa qolby berarti akal. Ini sebagaimana firman Allah SWT Surat Qaf ayat 37, yang artinya:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ "
'Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati (qalbu) atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya."
Kebahagiaan hidup manusia tergantung pada kesehatan dan kesucian hati. Format hati atau Qolby memiliki sifat berbolak balik yakni tidak konsisten, karena ada unsur godaan dari luar diri. Maka dari itu, setiap orang harus pandai dalam mengarahkan hatinya pada suatu yang baik atau ketaqwaan.
Karenanya, suatu penelitian bertolak pada per-tanyaan bagaimana Penafsiran Qalbun Salim menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailani, dengan tujuan untuk mengetahui makna hati yang bersih terhadap penafsiran Qalbun Salim itu....?
Adapun penelitian ini menggunakan teknik Deskrip-tif Analisis dengan teknik pencarian data yang ber-sifat kepustakaan (library research) serta jenis data yang digunakan ialah kualitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Tafsir al-Jailani dan sum-ber data sekundernya berupa buku-buku, skripsi, jurnal yang mendukung serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian bahwa Abdul Qadir al-Jailani seo-rang tokoh sufi abad ke-5 yang pernah berguru kepada Syekh Abu Sa’id al-Mubarak bin Ali al-Makhzumi (seorang guru besar Madzhab Hanbali sekaligus guru tarekat). Al-Jailani menuturkan pembahasannya mengenai Qalbun Salim. kata Qalbun Salim sendiri dalam Al-quran hanya terdapat pada dua ayat saja yaitu dalam QS. As-Syu’ara [26]: 89, QS. As-Shaffat [37]: 84.
Namun, terdapat empat belas ayat yang merupakan indikasi dari Qalbun Salim tersebut. Di antaranya ialah QS. Qaaf [50]: 33, QS. Al-Hajj [22]: 32 dan 35, QS. Al-Anfal [8]: 2 dan 10, QS. Al-Muminun [23]: 60, QS. At-Taghabuun [64]: 11, QS. Al-hadid [57]: 16, QS. Al-Hujurat [49]: 3, QS. Al-Baqarah [2]: 260, QS. Ar-Ra’d [13]: 28, QS. Ali Imran [3]: 126, QS. Al-Maidah [5]: 113, QS. An-Nahl [16]: 106.
Dari ayat-ayat tersebut diperoleh jawaban bahwa penafsiran Qalbun Salim menurut Abdul Qadir al-Jailani adalah hati yang selamat, yakni bersih dari penyimpangan (bathil) dan pikiran-pikiran yang rusak dipengaruhi cinta dunia dan kebendaan.
Memahami pendapat dalam tafsiran Al-Jailani bahwa kondisi hati manusia itu berkaitan dengan amal perbuatan manusia di dunia.Dari perbuatan amal itu berimbas kepada prilaku, paling menonjol akhlak yang baik.
Karena amal yang dilakukannya tergantung ba-gaimana kebersihan hatinya..? Disitu ada keikhlsan.Oleh karena itu, Qalbun Salim memiliki indikasi seperti: Qalbun Munib (hati yang bertaubat), Qalbun Muttaqiy (hati yang bertaqwa), Qalbun Wajil (hati yang bergetar), Qalbun Muhtadiy (hati yang diberi petunjuk), Qalbun Khasyi (hati yang khusyu’), Qalbun Mumtahanah (hati yanng teruji), Qalbun Muthmain (hati yang tenang).
(BERSAMBUNG)
Sumber: Ihya Ulumiddin : Imam Al-Gozali
Lipilibittariq Al-haq : Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Sumber-sumber lain : Ajaran tarekat.
Posting Komentar