Oleh : H Syahrir Nasution
Apa pula itu istilah yang baru muncul dengan istilah dan gaya bahasa Mandailing?. Ini perlu kajian mendalam tentang kondisi dan nasib rakyat Mandailing.
Apakah ini hanya sekedar istilah saja thd Para Elite Pemangku Kebijakan di Madina?, atau memang sudah terjadi prilaku DURLAM tersebut ditengah tengah kehidupan masyarakat itu sendiri ?.Akhir akhir ini ada yang asing ditelinga kita “ berhembus dari Tano Sere Mandailing”, bahkan kata kata istilah ini “ DurLam”. Dimana sebenar nya kata kata ini akar bahasa itu mengandung arti : orang yang menangguk ikan dengan suatu alat nama nya “ Durung” tapi karena ada kata “ Lamot” menjadi berarti mendapatkan semua ikan ikan dari yang besar hingga kecil terjaring semuanya.
Itu jika ditinjau dari sudut pandang Etimologi bahasa daerah Mandailing, tapi jika ditarik kedalam suatu “ Ungkapan mengandung arti : orang yang Rakus , Tamak , Congok.
Jika begini halnya, wajar saja Gubsu dalam rangkaian “ Road Map nya ke Wilayah Tabagsel pada medio bulan ini , dimana dalam pertemuan dengan Bupati , Wakil Bupati Madina serta OPD lainnya , Mahasiswa , Radja Radja Adat juga Forkopimda dll , mengajak untuk BERJIHAD dalam membangun Madina kedepan.
Apakah memang begini nasib takyat kecil di Madina saat ini?. Mungkin saja ada benarnya seperti sebuah lagu “ JADUL = Jaman Dulu “ tahun tahun 70 an yang dilantunkan oleh : Leo Sayer berjudul “ WHEN I NEED YOU” (Jika
Aku Membutuhkan Mu). Sepertinya ada relevansinya dengan judul lagu tersebut.
Setelah didapat keinginan itu , maka rakyatpun yang sudah dibutuhkan tadi tidak lagi di dengarkan suaranya, bahkan lebih pedihnya dan getirnya lagi tak ada diperdulikan nasibnya kedepan, kalaupun ada “ hanya sebagai PEMANIS BIBIR & PENGHIBUR TELINGA” saja adanya.
Sense of Care” sudah hilang ditelan duniawi , sehingga muncullah istilah DURLAM ini menurut analisis saya. Juga mungkin Bapak Gubsu merasakan hal itu dimana ianya sebagai “ Anak Borunya” rakyat Mandailing . Sampai sampai keluar ucapannya “ Berjihad “ dalam rangka membangun Madina ini. Secara pribadi kita seharusnya Appreciate “ dengan kepedulian Bapak Gubsu ini terlepas dari interest2 lainnya.
Pertanyaannya ? Apa yang salah dengan kepemimpinan selaku Orang yg dituakan di Madina ini?, tentu dalam hal ini Bupati / Wkil Bupati nya?.
Kelihatannya semakin berat beban kehidupan masyarakat di Madina ini, sampai sampai ada yang mengatakan begitu kaya nya tano Mandailing Natal ini bak “ Serpihan Syurga “ di dunia ini, namun demikian alangkah naif nya banyaknya anak anak Mandailing “ Mengaiskan Kehidupannya” di Negeri orang. Sehingga ada ungkapan “ Kehidupan di Madina ini jangan saja “ Banting TULANG tapi sudah ikut Banting BERE”. Artinya sudah seluruh keluarga yang terlibat dalam suatu Rumah tangga itu terlibat dalam kehidupan yang berat
Wajar saja dipertanyakan LEADERSHIP dari para Pemangku Kebijakan di Madina ini terlebih lagi Bupati , Wakil Bupati dan Pimpinan DPRD nya oleh masyarakat sehingga timbul istilah Durlam tersebut tadi.
Bahkan Durlam tersebut sudah “ menggurita menyatu “ dalam bentuk irama musik dalam dunia Entertainment, walaupun masyarakatnya menjerit dalam duka nestapa yang mendalam.
Justeru itu kata kata JIHAD yang diajak Bapak Gubsu tersebut sudah selayaknya “ Timing “ yang tepat untuk di implementasikan dalam bentuk realitas di dalam menyongsong kehidupan MADINA yang lebih baik, disamping meninggalkan “ LEGACY “ ( Warisan Nama baik ) untuk di kenang oleh anak cucu kita kelak.
BERJIHAD itu Wajib hukumnya dalam Ajaran Agama Islam, termasuk memperbaiki kehidupan kita di dunia ini, jika tidak dilaksanakan konsekwensinya sama sama kita menanggungkan dosanya.
DURLAM = TAMAK , NA OKOK, RAKUS & BITUARAPAK ( Songon Ulok ) sude disapunsa. Istilah umumnya PUKAT TRAWL / Harimau.***
Posting Komentar